Kamis, 18 Desember 2014

Studi Kasus Peluang Usaha di Bidang IT (Technopreneurship)

Pengertian :

Technopreneurship merupakan proses dan pembentukan usaha baru yang melibatkan teknologi sebagai basisnya, dengan harapan bahwa penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak bisa menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor untuk pengembangan ekonomi nasional. Menurut technopreneurship.wordpress.com dinyatakan bahwa technopreneurship, oleh satu bagian besar, masih entrepreneurship. Perbedaannya adalah technopreneurship itu baik dilibatkan dalam mengirimkan satu produk teknologi tinggi inovatif (contohnya; Intel) atau membuat penggunaan teknologi tinggi dalam satu cara inovatif untuk mengirim produk nya ke/pada konsumen (contohnya; eBay), atau keduanya (contohnya: sebagian besar perusahaan obat-obatan).

Studi Kasus :


New York Times dan Boston Scientific: "Two Different Ways of Innovating with Information Technology"

Oleh : Redy Hendra Gunawan P056134422.51E

Latar Belakang

Perkembangan bisnis di dunia semakin hari semakin berkembang. Munculnya banyak pesaing bisnis baru membuat perusahaan lama harus bisa bertahan menghadapi ketatnya persaingan antar perusahaan. Dunia bisnis sangat erat kaitannya dengan teknologi informasi. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan bisnis perlu melakukan inovasi-inovasi terutama di bidang teknologi informasi. Inovasi ini dilakukan untuk memperbesar akses pasar mereka dan efisiensi dalam hal branding perusahaan.

Salah satu perusahaan yang menerapkan inovasi pada perusahaannya adalah perusahaan media “New York Times” dan perusahaan medis “Boston Scientific”. Dua perusahaan ini sama-sama menerapkan inovasi teknologi informasi dalam hal menghadapi persaingan usaha. New York Times bergerak di bidang media, sedangkan boston scientific bergerak di bidang medis.

Perumusan Masalah

Hampir semua orang memiliki teori mengenai bagaimana menyelamatkan industri surat kabar US. Sepertinya hanya konsensus saja yang perlu perubahan mendasar atau perubahan total namun menghilang. Pada The New York Times, kemungkinan inovasi peningkatan teknologi informasi yang kuat telah diangkat ke dalam agenda utama berulang kali. Sebuah kelompok penelitian dan pengembangan yang dibuat pada tahun 2006 beroperasi sebagai pelayanan bersama di hampir 24 surat kabar, stasiun radio, dan lebih dari 50 situs Web. “Peran kami adalah mengakselerasi masuknya kami ke platform baru dengan mengidentifikasi kesempatan, konseptualisasi, dan ide-ide prototip,” jelas Michael Zimbalist, wakil presiden sebuah perusahaan penelitian dan pengembangan.

12 staf Zimbalist termasuk para pakar dalam prototip yang cepat, spesialisasi di bidang mobile atau komputasi dan penggali data yang menyelidiki situs Web sebagai wawasan apa yang pengunjung lakukan. Mereka bekerja dalam kerangka kerja umum berdasarkan generasi ide, pengembangan, dan penyebaran diseluruh bisnis. Proyek-proyek terkini mencakup prototip-prototip untuk konsep dan tampilan baru, seperti halnya aplikasi-aplikasi Blackberry untuk Boston.com dan situs yang lebih mahir About.com. Kerjasama tim bertujuan untuk melengkapi dan mendukung inovasi dalam unit bisnis. Sebagai contoh, tim sedang membuat prototip E-Ink, sebuah teknologi tampilan baru; beberapa unit bisnis tidak dapat menghemat sumber daya untuk menyelidikinya.

Pada NYTimes.com, kelompok desain dan pengembangan produk Marc Frons, CTO dari Pelaksanaan Digital yang bekerja dengan tim Zimbalist dan pengembang Adobe pada aplikasi Times Reader 2.0, generasi berikutnya, sistem membaca pada layar yang dikembangkan pada platform Adobe AIR. Lebih lanjut Frons mendorong pemikiran maju dari 120 orang timnya dengan kontes inovasi 2 tahunan. Para pemenang mendapatkan uang tunai, pengakuan dan sumber daya untuk mengubah ide mereka menjadi kenyataan. Tipe proyek dinilai berlawanan dengan kriteria seperti pendapatan potensial atau nilai jurnalistik. Tidak halnya dengan proyek-proyek penelitian dan pengembangan. “Sejak kami membuat software, tidak ada investasi modal besar di muka,” ucap Frons, “dimana hal ini memungkinkan kami untuk bereksperimen. Penekanan pada pengembangan yang cepat.”

Times Widget, sebuah platform pembuatan widget, adalah pemenang kontes sebelumnya, seperti yang baru-baru ini diluncurkan oleh Times Wire, antarmuka yang dapat disesuaikan untuk konten online secara real-time. “Kami sedang mencoba untuk memecahkan permasalahan-permasalahan spesifik dan memikirkan kemana bisnis akan bergerak,” ucap Frons. Frons berfokus pada kenaikan pendapatan, pemotongan biaya, dan meningkatkan efisiensi melalui proses perbaikan dan otomatisasi.

The New York Times telah meluncurkan peta interaktif yang menunjukkan rental Netflix yang terkenal diseluruh 12 area kota besar US: New York, San Fransisco/Area teluk, Boston, Chicago, Washington, Los Angeles, Seattle, Minneapolis, Denver, Atlanta, Dallas, dan Miami. Jika anda seorang pecandu Netflixdan penggemar Twilight (dan tinggal di kota utama US), kebiasan rental anda sekarang ada di layar. Untuk membuat peta, The New York Times bekerja sama dengan Netflix. Peta merupakan database grafik dari 100 film Netflix yang paling banyak disewa tahun 2009 yang diletakkan di atas peta. Anda dapat mengeksplorasi secara grafik film Netflix utama tahun 2009 berdasarkan tiga kriteria: film yang dibenci atau dicintai oleh para kritikus, daftar huruf alfabet dan paling banyak disewa. Sebagai contoh, pilih yang paling banyak disewa, dan ketika kita menempatkan mouse diatas Zip Code, sebuah jendela baru muncul menunjuk kepada anda rental utama Netflix apa pada daerah spesifik.

Beberapa kecenderungan tidak mengejutkan: film Netflix tahun 2009 yang paling terkenal adalah The Curious Case of Benjamin Button, meskipun Slumdog Millionaire dan Twilight keduanya berada di 10 besar. Milk, sebuah cerita dari Harvey Milk, aktivis San Fransisco, dahulu terkenal di San Fransisco dan pusat kota lainnya, tetapi tidak banyak di pinggiran selatan kota (seperti Dallas dan Atlanta). Mad Men, sebuah drama tahun 1960 mengatur tentang eksekutif periklanan, dahulu berkibar di sebagian Manhattan dan Brooklyn, tapi tidak di kota besar lainnya. Ini hampir tidak disebutkan di Denver dan Dallas, dan tidak sama sekali di Miami.

Peta ini menunjukkan beberapa kecenderungan yang menarik: Beberapa Big blockbuster tidak seterkenal di pusat kota (Wanted dan Transformers: Revenge of the Fallen, hampir tidak membuat percikan di pusat kota Manhattan dan San Fransisco), meskipun ini dapat disebabkan oleh fakta bahwa banyak orang yang menonton Blockbusters di bioskop. Last Chance Harvey, sebuah drama komedi romantis yang diperankan Dustin Hoffman dan Emma Thompson, dahulu dinikmati di pinggiran kaya kota (seperti Scarsdale), namun bukan di pusat kota (seperti Manhattan). Film Tyler Perry (Tyler Perry’s Madea Goes to Fail dan Tyler Perry’s The Family That Preys) dahulu sangat terkenal di kawasan yang didominasi kulit hitam.

Sejauh ini dari sekian banyak inovasi yang dilakukan di The New York Times dapat diklasifikasikan sebagai proses atau inovasi produk. Biasanya sebuah perusahaan sehat dan berkembang harus memfokuskan 90-95% inovasi dollarnya terhadap inovasi bisnis inti dan 5-10% terhadap model bisnis baru, kata Mark Johnson, pimpinan konsultasi inovasi strategi Innosight. Namun demikian ia menambahkan, “Industri surat kabar saat ini banyak masalah, dimana inovasi model bisnis model menjadi lebih penting daripada hal lainnya. ”Sekarang adalah waktu yang baik-dan-buruk untuk mengembangkan inovasi. “Anda memiliki perhatian kepemimpinan yang dibutuhkan,” ucap Johnson. “Tetapi ini lebih sulit, dimana terdapat sebuah tingkat kepentingan untuk memperbaiki keuangan, dan sabar dalam membuka model bisnis baru yang sangat sulit untuk dilakukan.”

The New York Times berfokus melakukan percobaan dengan sejumlah inisiatif yang berbeda, namun Boston Scientific menghadapi banyak tantangan yang berbeda: bagaimana mendorong inovasi tanpa membuka risiko pengungkapan dan kebocoran dari nilai kekayaan intelektual. Dan perusahaan telah beralih ke teknologi untuk membantu campuran yang tepat antara akses dan keamanan. Boston Scientific ingin meruntuhkan hambatan yang menghalangi pengembang produk dari pengaksesan penelitian yang masuk ke kesuksesan perangkat medis sehingga mereka dapat menciptakan produk baru lebih cepat. Namun membuat data lebih mudah diakses akan membuka jalan potensial untuk pencurian informasi bernilai jutaan bahkan miliar dollar. Ini merupakan permasalahan klasik privasi data perusahaan.

“Semakin banyak informasi pengetahuan yang anda berikan kepada pekerja, maka semakin efektif mereka menciptakan nilai-nilai bagi perusahaan,” kata Boris Evelson, seorang analis utama di Forrester. “Hal ini membuat risiko pengungkapan – bahwa seseorang akan pergi dengan membawa data dan memberikannya kepada pesaing”. Tekanan ini memaksa perusahaan mengeluarkan 8 milyar dollar untuk mencari perangkat lunak yang memungkinkan komunitas perekayasaan yang lebih luas untuk berbagi pengetahuan ketika mengelola akses dalam pengembangan produk data, ujar Jude Currier, manajemen pengetahuan jantung dan pembuluh darah serta praktek-praktek inovasi memimpin di Boston Scientific. “Keamanan aktif adalah cara untuk mengatasi masalah ini,” ujar Currier. Sehingga mamantau secara rutin siapa yang mengakses apa, dan menyesuaikan izin sebagai perubahan kondisi-kondisi bisnis.

Mempertahankan jalur dari semua alat stent, alat pacu jantung dan kateter yang selalu baru sangatlah penting karena jumlah barang yang berhubungan dengan jantung sebanyak 80% dari penjualan Boston Scientific. Selama lebih dari beberapa tahun terakhir, teknisi difokuskan pada perbaikan sistem kualitas, ujar Currier. Boston Scientific telah mewarisi permasalahan regulasi dari akuisisi yang disebabkan selama kurun waktu itu. Saat ini situasi tersebut terkendali, perusahaan siap untuk menghidupkan kembali inovasi internal.

Boston Scientific merupakan pencetus penemuan perangkat lunak Manchine’s Goldfire, yang memberikan paduan yang tepat antara keterbukaan dan keamanan data, ujar Currier. Sebelumnya pengembang-pengembang produk Boston Scientific bekerja dalam gudang tertutup dengan akses yang terbatas untuk penelitian kolega-koleganya pada batas produk yang berbeda. Informasi terkunci bahkan apabila para ilmuwan menemukan sesuatu yang berguna dari proyek sebelumnya, mereka seringkali tidak punya akses untuk itu. “Kami merubahnya,” ujar Currier.

Goldfire membuat alur kerja otomatis keluar seperti tugas sebagai penganalisa pasar dan pemerah kekayaan intelektual perusahaan. Ini menggabungkan data internal perusahaan dengan informasi yang bersumber dari umum, seperti database pemerintah federal. Peneliti-peneliti dapat menggunakan perangkat lunak untuk menemukan hubungan dari sumber-sumber yang berbeda, misalnya dengan menyorot persamaan ide. Teknisi-teknisi dapat menggunakan analisis tersebut untuk memperoleh ide produk-produk baru dan memulai studi kelayakannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan teknisi yang dapat mengakses penelitian teknisi lainnya. “Orang yang berada dalam masalah tidak sabar menunggu datangnya hari itu,” katanya. Meskipun tujuannya adalah untuk memperoleh keterbukaan yang lebih, namun tidak semua data dapat dibuka selamanya. Sebagai contoh, semakin dekat proyek dengan tahap hak paten, akses data terbatas hanya pada segelintir orang, kata Currier. Dia menambahkan bahwa sejak memasang Goldfire, aplikasi hak paten terjadi dibandingkan dengan kelompok rekayasa serupa yang tidak menggunakan alat Goldfire. “Kami harus mendidik orang bahwa kami tidak membuang keamanan sembarang tetapi membuat pengetahuan yang berharga untuk organisasi, “katanya.

Landasan Teori

Shared Service

HR Shared Service intinya adalah berbagi layanan. Semboyannya satu untuk semua, dengan cara mengintegrasikan dan sentralisasi semua aktivitas operasional/ transaksional sejenis melalui pemanfaatan tekhnologi informasi yang terintegrasi seperti ERP (Enterprise Resources Planning) sebagai platform-nya. Secara umum lingkup HR Shared Service mencakup eksekusi semua transaksi HR dan penanganan kebutuhan karyawan, Fungsi atau lini bisnis dan manajemen baik berupa jasa layanan maupun informasi HR. Empat hal terpenting yang merupakan keunggulan sekaligus ciri utama HR Shared Service adalah :
Standarisasi, streamline dan otomasi baik itu proses, program ataupun kebijakan melalui pemanfaatan teknologi informasi / ERP platform ataupun web basedsejauh memungkinkan.
Mengalihkan semua aktivitas transaksional termasuk administrasi data ke dalam konsep low cost channels (HR portal, HR service center dll) dan menekankan pola self service sebagai saluran utama delivery service-nya sehingga mudah, cepat dan murah.
Mengintegrasikan dan konsolidasi layanan lintas region dan business unit seperti standarisasi, organization alignment.
Memastikan kualitas layanan HR bisa terukur dalam perspektif ukuran bisnis secara kuantitatif, termonitor melalui dashboard serta world wide applied.

Dari keempat hal tersebut peranan Information Technology sangatlah penting, HR shared service mensyaratkan infrastruktur IT sebagai pilar utama disamping tiga pilar penting lainnya Organisasi, People dan Proses.

Pertanyaan atas Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, New York Times memilih untuk menyebarkan inovasi dukungan kelompok mereka sebagai sebuah layanan berbagi di seluruh unit bisnisnya. Menurut anda apakah pengertian tersebut? Keuntungan apakah yang didapat dari pemilihan pendekatan tersebut? Apakah ada kelemahannya juga?

Unit layanan bersama juga akan mempengaruhi bagaimana perusahaan mengelola modal manusia, modal keuangan dan teknologi, bisa dibilang tiga komponen yang paling penting dari sebuah perusahaan yang sukses hari ini. Selain itu, dengan konsolidasi dan standarisasi informasi manajemen, pusat layanan bersama dapat membantu perusahaan untuk mengintegrasikan internasional dan menunjukkan wajah umum untuk pelanggan mereka.
Pertumbuhan layanan bersama semakin terkait dengan restrukturisasi yang lebih luas dari usaha sepanjang garis global dan kebutuhan untuk membangun platform yang kuat untuk pertumbuhan global yang cepat. Biasanya, driver untuk menerapkan layanan bersama sering berhubungan dengan biaya, kualitas, kecepatan, kehandalan dan fleksibilitas.

Kentungan
keahlianTerkumpul dalam satu tempat
Menghilangkankegiatannonvalue added
Merampingkan proses administrasi
Biaya overhead ditanggung semua unit bisnis
Lebih mudah untukmenerapkansoftware, hardware, teknologi, proses, dan standarkebijakandi seluruh unit organisasi
Mudahuntuk berbagi hal-hal terbaikdi seluruh organisasi
Sumbergratisuntukkegiatan utama usaha
Meningkatkan efisiensi dan efektivitasdalam prosesnoninti

Kekurangan
Menciptakan lapisan tambahan manajemen antara TI dan pengguna akhir yang akan menyebabkan sebagian hilangnya respon atau pertanggungjawaban kepada unit bisnis individu.
Mengurangi fleksibilitas

Boston cientific menghadapi tantangan untuk menjaga keseimbangan antara keterbukaan dan pembagian keamanan dalam kebutuhan untuk membatasi akses informasi. Bagaimana penggunaan teknologi yang dapat memungkinkan perusahaan untuk dapat mencapai kedua tujuan tersebut pada waktu yang sama? Perubahan budaya apa saja yang dibutuhkan untuk kemungkinan tersebut? Apakah hal-hal menjadi sangat penting daripada teknologi terkait isu diatas? Berikan beberapa contoh untuk mendukung jawaban anda

Teknologi yang digunakan oleh Boston Scientific untuk mencapai tujuannya dengan menerapkan aplikasi alur kerja otomatis untuk membantu mereka mengelola akses informasi.

Perubahan Budaya

Boston Scientific harus menghilangkan “informasi silo”, mentalitas yang baik mereka dan merasakan nilai dalam berbagi informasi mereka dengan cara yang terkontrol dan dapat dipertanggungjawabkan. Perusahaan juga harus mempelajari teknologi baru dan memasukkan ke dalam proses sehari-hari mereka.

Hal Penting

Karena proyek akan gagal tanpa kedua perubahan budaya dan teknologi, tak satu pun yang lebih penting.

Beberapa budaya beroperasi di bawah hirarki sosial yang ketat. Mengaktifkan pekerja untuk berpartisipasi dalam inisiatif peningkatan kualitas dengan menyediakan mereka dengan data produksi dan alat analisis akan bertentangan dengan budaya ini. Kecuali manajer tim implementasi untuk mengatasi hambatan budaya ini, manajer akan menolak berbagi informasi atau hanya menolak akses karyawan mereka ke sistem.
Peta penyewaan video yang dikembangkan oleh New York Times dan Netflix grafis menampilkan film terkenal di seluruh lingkungan dari kota-kota besar di Amerika Serikat. Bagaimana Netflix menggunakan informasi ini untuk meningkatkan bisnis mereka? Dapatkah perusahaan-perusahaan lain mengambil keuntungan dari data ini? Bagaimana? Berikan beberapa contoh?

Perbaikan Bisnis Yang mungkin dilakukan

Netflix bisa menggunakan data ini untuk mengidentifikasi afinitas antara film dan memastikan bahwa pusat distribusi regional secara tepat ditebar untuk memenuhi permintaan yang diantisipasi.
Kerjasama penggunaan dengan pihak luar

Netflix mungkin mempertimbangkan menjual datanya ke organisasi trend pelacakan konsumen. Netflix tidak perlu membocorkan data pelanggan individu melainkan Data film sewa kelompok dengan kode pos. Kode pos akan memberikan pemasar kemampuan untuk mengikat Data Netflix ‘dengan data dari sistem pemasaran lainnya untuk membantu menciptakan daerah, profil demografis lebih berguna.

Salah satu Contoh perusahaan yang bergerak di bidang IT :

PT.BONET UTAMA
Dari warnet menjadi Internet Service Provider..

Disini saya akan mengulas tentang Internet Service Provider yang ada di Bogor yang dulu saya sempat magang di perusahaan tersebut, yaitu PT. BONET UTAMA yang merupakan anak perusahaan dari INDONET JAKARTA. BONET pertama kali di bangun dalam bentuk sebuah warung internet atau warnet. Dulu namanya adalah WARBON, merupakan warnet pertama yang ada dikota bogor. Warbon sendiri merupakan singkatan dari warung bonet.

Bogor Internet yang kemudian sekarang lebih dikenal sebagai BONET diprakarsai oleh Dipl. Ing. Dipl. Kfm Sudjaja Wira dan Ir. Michael S. Sunggiardi pada pertengahan tahun 1995. Keduanya sepakat membentuk suatu wadah untuk mengakses Internet bagi warga kota Bogor. Kesepakatan ini segera dilaksanakan dengan menghubungi PT. Indo Internet di Jakarta yang sudah beroperasi selama satu tahun, dan setelah berembuk dengan Ir. Sandjaja dari Indonet, maka pada 1 Juli 1996 port Bogor dari Indonet beroperasi dengan menggunakan 8 saluran telepon dan satu saluran leased channel ke Rawamangun, Jakarta, dengan menempati kantor di Cafe Botanicus yang berada di dalam Kebun Raya Bogor.
Acara peresmian dilaksanakan dengan cukup meriah, dengan jumlah hadirin sekitar 250 orang, dilengkapi dengan pertunjukan debus dari Banten, sambutan Kepala Kebun Raya Bogor, Dr. Suhirman, sambutan Kakandatel PT Telkom saat itu Mahmur Suriadiredja dan demonstrasi Internet oleh Ir. Sandjaja dari Indonet dan Ir. Michael S. Sunggiardi dari BONET. Dengan tidak memperdulikan untung-rugi, BONET beroperasi secara apa adanya dengan saluran interlokal ke Jakarta selama 24 jam.
Kini seiring pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang semakin baik dan canggih, BONET sudah memiliki ratusan jaringan telepon digital untuk melayani pelanggan dial up. Selain itu BONET juga memiliki relay station di beberapa lokasi untuk melayani pengguna layanan koneksi dengan metode wireless.
BONET sendiri menyadari bahwa kebutuhan setiap orang dan perusahaan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu BONET harus senantiasa membuat terobosan dan meluncurkan layanan baru. Selain itu, BONET juga mempersiapkan tenaga-tenaga terampil dalam penyajian produk tersebut, karena BONET sangat yakin bahwa kualitas SDM juga sama pentingnya dengan kualitas produk/layanan yang disediakan.
PT. Bonet Utama adalah perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informasi dan berdiri sejak tahun 1995 dan merupakan mitra Anda sebagai penyedia layanan Internet. Kami siap membantu anda memberikan solusi untuk memenuhi kebutuhan teknologi informasi Anda di masa kini dan masa depan. Dengan moto “The Internet Solution Partner”dan sebagai bagian dari keluarga besar Indonet - penyedia layanan Internet komersial pertama di Indonesia.
BONET berkedudukan di kota Bogor yang jaraknya kurang lebih 60 kilometer dari Jakarta. BONET merupakan salah satu sub-network dari PT Indo Internet Jakarta. BONET beroperasi sejak 1 Juli 1995, dengan menggunakan 8 saluran telepon dan satu saluran VSAT (satelit) dari CSM Jakarta yang kemudian baru beroperasi 15 Desember 1995.
Saat ini BONET telah memiliki ratusan saluran modem untuk akses Internet dengan bandwith Jakarta - Bogor sebesar 8 Mbps.
Berkat dukungan manajemen yang profesional dan sumber daya manusia yang senantiasa dibina dan ditingkatkan keterampilannya serta penerapan teknologi terbaru, saat ini BONETmenjadi ISP terbesar di Bogor dan menyediakan berbagai layanan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Adapun layanan yang kemudian semakin berkembang dalam teknologi maupun jumlah pelanggan sejak tahun 1999 adalah koneksi berkecepatan tinggi untuk perusahaan (LAN Dedicated) dan layanan akses gotong royong bagi warga perumahan (RT-RW Net). Dan yang terbaru diluncurkan adalah paket layanan BONET WIRELESS SOHO – sebuah solusi bagi usaha kecil menengah yang mulai menjajaki bisnis dengan memanfaatkan Teknologi Internet.

VISI PT Bonet Utama
Menjadi organisasi teknologi informasi yang berguna untuk kemanusiaan dan lingkungannya

MISI PT Bonet Utama
1. Menciptakan jasa pelayanan yang bermutu dengan perbaikan yang terus menerus
2. Orientasi kepada pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pelanggan
3. Membangun prestasi yang inovatif melalui prestasi sumber daya manusia yang handal,
professional dan proaktif serta selalu melakukan pembaharuan dimensi dirinya secara berkesinambungan
4. Partisipasi aktif mencerdaskan bangsa
5. Orientasi kepada kebahagiaan pelaku

Kantor:
1. Gedung Vila Indah Pajajaran – Jl. Raya Pajajaran 88F Bogor 16153
Telp/Fax: 0251-8337555/8380381

2. Gedung Plaza Indah Bogor B-2 Bogor 16710 (Komplek Yogya Jl. Baru) Telp/Fax: 0251- 
8338855/8338159

Struktur Organisasi PT.BONET UTAMA

Warnet pertama di Indonesia didirikan di Bogor oleh Michael Sunggiardi pada tahun 1996. Pada awalnya, Michael Sunggiardi merupakan perintis perkembangan computer di wilayah Bogor. Sebagai pengusaha computer, Ia juga membantu membangun awareness masyarakat ~khususnya di daerah Bogor~ terhadap computer, dimulai dari para kliennya dan kemudian peserta kursus computer yang ia ajar serta anggota klub komputer Pangkalan PC, yang terdiri dari beberapa peserta kursus yang ia ajar serta masyarakat awam yang memiliki ketertarikan pada komputer.

Awal keterlibatan Michael Sunggiardi dalam dunia internet dimulai tahun 1994, ketika fund manager AT&T, sebuah perusahaan komputer yang berbasis di New York merupakan salah satu pemasok komputer di Indonesia, datang ke Indonesia untuk melihat perkembangan pemasaran produknya. Ketika itu ia mengusulkan untuk membuka jaringan internet di Indonesia. Michael ketika itu tidak memiliki bayangan, pasar mana yang akan tertarik dengan internet maupun pihak mana yang harus ia hubungi untuk memulai bisnis internet, apakah itu Telkom atau pihak lain. Namun jika akan memulai dari Bogor, ia merasa bisa mewujudkannya karena ia mengenal pangsa pasar wilayah Bogor. "...saya bilang, saya gak tahu market kan, satu, kemudian gak tahu negosiasi musti sama siapa waktu itu sama Telkom segala macem, Cuma kalau mau mulai dari Bogor sih boleh, saya bilang. Karena di Bogor I know everybody di Bogor, saya tahu semua di Bogor, kenapa gak mulai di Bogor aja..."
Fund Manager AT&T kemudian menanyakan berapa jumlah investasi yang diperlukan. Namun Michael tetap belum memiliki gambaran yang jelas, karena saat itu ia belum memiliki banyak pengetahuan tentang ISP. Namun ia pernah memiliki pengalaman dengan Bulletin Board System (BBS), bersama dengan Jim Filgo, ketika mereka menjadi konsultan bagi seorang pemilik toko komputer di Jakarta, Computeria, bernama C C Yan. Ketika itu Yan dan Jim Filgo memperkenalkan BBS di Jakarta, dan Michael sendiri menyebarkan BBS di Bogor.


Akhirnya Michael berangkat ke Malaysia karena AT&T juga memiliki kantor cabang regional disana. Ia mempelajari mengenai ISP pada staff disana, dan ketika kembali ke Bogor, ia menyatakan siap untuk mendirikan ISP, dengan perkiraan investasi US$ 20.000,-. Pihak TNT kemudian menyarankan Michael untuk mencari dan mempersiapkan berbagai hal jika ia memang akan mendirikan ISP, karena tidak akan mudah bagi mereka untuk mengeluarkan dana yang dibutuhkan. Salah satunya, ia harus mempersiapkan infrastruktur, seperti saluran telepon. Maka kemudian ia datang ke Mahmur Suriadiredja - Kandatel Telkom di Bogor. Ketika mengatakan bahwa ia memerlukan sepuluh saluran telepon untuk internet di Suryakencana (tempat toko komputernya berada), ia mendapat jawaban bahwa saat itu tidak ada saluran telepon (baru) yang tersedia untuk daerah tersebut. Ia bahkan disarankan untuk mencari daerah lain yang masih memiliki saluran telepon baru..
Saat yang bersamaan, seorang kawannya Sudjaja Wira yang baru datang dari Jerman, memiliki teman baik salah satu pemegang saham Indonet di Jakarta. Melalui kawannya ini, Michael kemudian mengontak orang tersebut dan akhirnya mereka bertemu dan membicarakan kemungkinan kerjasama untuk memperluas jaringan Indonet ke Bogor. Mengenai tempat, mereka akhirnya memilih daerah Kebun Raya Bogor karena Kandatel Bogor sempat merekomendasikan daerah itu untuk memperoleh saluran telepon baru, karena daerah itu dekat dengan istana dan tempat pelaksanaan APEC tahun 1993 lalu, jadi infrastruktur di daerah tersebut dapat dikatakan bagus.
Akhirnya mereka mencapai kesepakatan, dan tanggal 1 Juli 1995 mulailah dibuka ISP BoNet, dan pada awal 1996 dibuka "BoNet Cafe", warnet pertama di Bogor, sekaligus merupakan yang pertama di Indonesia. Nama 'BoNet' diambil dari nama ISP yang didirikan di bogor sebagai afiliasi Indonet Jakarta, namun kemudian ia mengganti kata 'cafe' menjadi 'waroeng' atau warung, yang menurutnya tidak memberikan kesan 'elit', sehingga bisa lebih menarik perhatian masyarakat dari kalangan manapun. (Lim, 2005) BoNet Cafe terletak di tengah Kebun Raya Bogor, pelanggannya kebanyakan turis asing yang berkunjung ke Kebun Raya, sekaligus makan di Cafe Botanicus (nama cafe-nya).
BoNet menyediakan 10 line, dengan kecepatan/speed 19.200 bps dari Jakarta. Namun selama 6 bulan beroperasi, BoNet hanya mendapat 75 orang user. Kondisi ini antara lain disebabkan sering terputusnya (disconnected) saluran telepon, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat Bogor tentang internet. Hanya mereka yang pernah studi di luar negeri yang tahu.
Akhirnya mereka memutuskan untuk memperkenalkan internet ke masyarakat, dengan mengadakan seminar tentang internet hampir setiap bulan, dan kadang mereka juga mengundang orang-orang dari lembaga penelitian untuk memberi penjelasan tentang internet. Michael juga menggunakan situs-situs tertentu sebagai alat promosi. Ia memanfaatkan situs-situs khusus untuk mempromosikan penggunaan internet bagi mereka yang memiliki interest/kebutuhan untuk mencari data (browsing) di internet. Ia bahkan pernah menggunakan situs dengan content "dewasa" seperti "Playboy" sebagai alat pemancing bagi kalangan yang memiliki tidak memiliki interest khusus semacam itu atau bagi mereka benar-benar tidak paham mengenai internet. Cara tersebut menurutnya paling efektif, sampai 80% orang yang ditawari mengakses internet untuk bisa berlangganan situs Playboy kemudian menjadi pengguna jasa internet..
Tahun 1998, Michael membuat acara 'Arisan Teknologi Informasi' atau ARTI. 'Arisan' ini dilaksanakan satu bulan sekali dengan mengundang tokoh-tokoh teknologi informasi yang dikenal di Bogor dan berlangsung seperti halnya arisan pada umumnya, hanya saja acara ini dilakukan sekaligus mengadakan seminar internet yang biasa dilakukan . Acara ini kemudian meluas seiring bertambahnya peserta 'arisan' dengan orang-orang dari Jakarta, dan akhirnya membentuk suatu komunitas baru. Dengan cara ini pula, sedikit banyak ikut membantu sosialisasi internet; mula-mula pesertanya masih terbatas pada rekanan bisnis Michael, namun kemudian rekanan2 tersebut mengajak satu-dua orang relasi/kenalannya sehingga pada akhirnya makin banyak pula orang-orang yang mengikuti arisan sekaligus acara seminar, sehingga knowledge mengenai internet sekaligus kegiatan marketingnya mulai menyebar, walau memang masih pada kalangan terbatas.
Dalam perkembangan selanjutnya, sekitar tahun 2000, Michael Sunggiardi membentuk suatu tim promosi yang melaksanakan seminar pengenalan internet, yang anggotanya diambil dari lulusan SMA atau Sekolah Menengah Kejuruan Teknik/STM. Tim promosi ini dibentuk setelah melihat perkembangan jumlah pendaftar member internet/warnetnya mulai menurun. Ketika itu, sampai tahun 2000 sudah terdaftar sampai 2.500 member, dan jumlah itu hanya bertambah sedikit, mungkin mulai mencapai titik jenuh karena pangsa pasar yang memang terbatas untuk kota seukuran Bogor.
Team inilah yang kemudian membantu dalam road show pengenalan internet dan warnet. Menurut Michael, road show ini juga sambil memberi peluang bisnis bagi pengusaha lokal untuk memulai bisnis warnet, yang berarti juga meluaskan jaringan internet bagi masyarakat.
Dengan menggunakan fasilitas dari rekannya, Agustinus Sutandar, Michael mengadakan perjalanan dari kota ke kota memperkenalkan teknologi komputer dan internet, dimulai dengan memperkenalkan sistem jaringan komputer, lalu teknologi wanet, Linux, Wireless LAN, VoIP, RT-RW-Net dan security, bersama-sama dengan Onno W. Purbo selama lebih dari lima tahun.

Sumber :

http://blogstudent.mb.ipb.ac.id/2014/11/20/studi-kasus-new-york-times-dan-boston-scientific-two-different-ways-of-innovating-with-information-technology/
http://blognyasaya-oq.blogspot.com/2010/11/pengertian-entrepreneurship.html
http://businessideas78.blogspot.com/2013/01/bedah-usaha-pt-bonet-utama.html
http://bonet.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar